Sabtu, 22 Desember 2012

45% Siswa SMP Anut Seks Bebas

OPINI | 13 February 2012 | 07:47 Dibaca: 1783   Komentar: 16   1 inspiratif
Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak anak mulai dewasa sebelum waktunya. Mereka begitu mudah dihanyutkan oleh beragam “keindahan dan kenikmatan semu” yang ditampilkan beragam media. Karena masih berjiwa anak-anak, begitu mudahnya rayuan itu diiyakan. Tanpa berpikir panjang, banyak anak remaja mengikuti isi tayangan yang sebenarnya hanyalah sebuah film semata. Namun, kesembronoan itu berakibat fatal. Banyak anak mengalami hamil di luar nikah, pernikahan muda, seks bebas, dan penyakit kelamin.
Kemarin, saya dikagetkan oleh sebuah media local. Media itu memberitakan hasil penelitian yang dilakukan sebuah lembaga di Surabaya. Penelitian itu menyimpulkan bahwa 45% anak SMP menganut seks bebas. Anak-anak SMP itu berpendapat bahwa berhubungan seks itu boleh jika dilakukan suka sama suka. Ada tiga sumber yang menjadi penyebab terjadinya perilaku seks bebas, yaitu media televisi, pengaruh pergaulan, dan media sosial.
Media Televisi
Saat ini, begitu banyak tayangan televise mengeksploitasi dunia remaja. Banyak tayangan sinetron dan acara hiburan (music) ditampilkan televise dengan menggunakan segmen pasar anak remaja. Tentunya para remaja alias Anak Baru Gedhe (ABG) mudah terpikat. Maka mereka pun berusaha meniru sebagaimana tampilan yang muncul di televisi. Sinetron sering menampilkan gaya hidup yang hedonis dan kurang santun dalam berperilaku dan berbicara. Acara music secara live sering ditampilkan seraya diikuti beragam tampilan yang berusaha memamerkan aurat dan gaya berpakaian.
Saya sering menjumpai perilaku anak remaja yang demikian. Mereka tak lagi merasa malu berciuman di depan umum, berboncengan seperti pasangan suami istri, penyebutan nama, cara berdandan, dan juga gaya berbicara yang cenderung mengarah kepada perilaku seks. Perubahan perilaku remaja itu tidak hanya terjadi di perkotaan, tetapi juga sering terjadi di pedesaan.
Pengaruh Pergaulan
Banyak keluarga kurang memedulikan nasib anak-anaknya. Para orang tua sering menyibukkan diri seraya meninggalkan anak-anaknya. Karena orang tua enggan mengurusi anak kandungnya, mereka – anak-anak itu – berusaha mencari pelarian. Maka begitu banyak anak terjerumus ke lembah hitam karena ketiadaan kasih sayang orang tua di rumah.
Rumah adalah sekolah alias lembaga pendidikan yang paling berpengaruh bagi penghuninya. Seharusnya orang tua selalu berusaha menciptakan suasana yang baik di keluarganya. Hubungan orang tua dengan anak harus terjalin secara harmonis. Jika si anak memiliki masalah, orang tua semestinya menjadi guru terbaiknya. Namun, anak terpaksa mencari guru lain ke luar rumah. Dan itulah yang terjadi, anak menjadi tersesat karena salah memilih guru pergaulan.
Pengaruh Media Sosial
Internet teramat besar jasanya bagi manusia. Jasa itu dapat dikategorikan dua hal: jasa baik dan jasa buruk. Jika manusia ingin mendapatkan informasi untuk mendukung pekerjaannya, google siap melayani 24 jam. Dan itu pun berlaku sebaliknya. Google pun siap memberikan informasi tidak baik jika manusia mencari informasi yang tidak baik pula.
Saat ini, begitu banyak media social tersedia dan siap 24 jam digunakan manusia. Media social ini tentu memiliki dua pengaruh pula, yakni pengaruh positif dan negative. Jika media social itu berpengaruh positif, tentu itu tak menjadi masalah. Namun, dampak buruk media social harus dicermati oleh pengguna alias user. kontrol harus dilakukan agar pengguna tidak terjebak kepada penyalahgunaan media social.

 http://edukasi.kompasiana.com/2012/02/13/45-siswa-smp-anut-seks-bebas-434969.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar