45% Siswa SMP Anut Seks Bebas
OPINI | 13 February 2012 | 07:47


Tidak
dapat dipungkiri bahwa banyak anak mulai dewasa sebelum waktunya.
Mereka begitu mudah dihanyutkan oleh beragam “keindahan dan kenikmatan
semu” yang ditampilkan beragam media. Karena masih berjiwa anak-anak,
begitu mudahnya rayuan itu diiyakan. Tanpa berpikir panjang, banyak anak
remaja mengikuti isi tayangan yang sebenarnya hanyalah sebuah film
semata. Namun, kesembronoan itu berakibat fatal. Banyak anak mengalami
hamil di luar nikah, pernikahan muda, seks bebas, dan penyakit kelamin.
Kemarin,
saya dikagetkan oleh sebuah media local. Media itu memberitakan hasil
penelitian yang dilakukan sebuah lembaga di Surabaya. Penelitian itu
menyimpulkan bahwa 45% anak SMP menganut seks bebas. Anak-anak SMP itu
berpendapat bahwa berhubungan seks itu boleh jika dilakukan suka sama
suka. Ada tiga sumber yang menjadi penyebab terjadinya perilaku seks
bebas, yaitu media televisi, pengaruh pergaulan, dan media sosial.
Media Televisi
Saat
ini, begitu banyak tayangan televise mengeksploitasi dunia remaja.
Banyak tayangan sinetron dan acara hiburan (music) ditampilkan televise
dengan menggunakan segmen pasar anak remaja. Tentunya para remaja alias
Anak Baru Gedhe (ABG) mudah terpikat. Maka mereka pun berusaha meniru
sebagaimana tampilan yang muncul di televisi. Sinetron sering
menampilkan gaya hidup yang hedonis dan kurang santun dalam berperilaku
dan berbicara. Acara music secara live sering ditampilkan seraya diikuti beragam tampilan yang berusaha memamerkan aurat dan gaya berpakaian.
Saya
sering menjumpai perilaku anak remaja yang demikian. Mereka tak lagi
merasa malu berciuman di depan umum, berboncengan seperti pasangan suami
istri, penyebutan nama, cara berdandan, dan juga gaya berbicara yang
cenderung mengarah kepada perilaku seks. Perubahan perilaku remaja itu
tidak hanya terjadi di perkotaan, tetapi juga sering terjadi di
pedesaan.
Pengaruh Pergaulan
Banyak
keluarga kurang memedulikan nasib anak-anaknya. Para orang tua sering
menyibukkan diri seraya meninggalkan anak-anaknya. Karena orang tua
enggan mengurusi anak kandungnya, mereka – anak-anak itu – berusaha
mencari pelarian. Maka begitu banyak anak terjerumus ke lembah hitam
karena ketiadaan kasih sayang orang tua di rumah.
Rumah
adalah sekolah alias lembaga pendidikan yang paling berpengaruh bagi
penghuninya. Seharusnya orang tua selalu berusaha menciptakan suasana
yang baik di keluarganya. Hubungan orang tua dengan anak harus terjalin
secara harmonis. Jika si anak memiliki masalah, orang tua semestinya
menjadi guru terbaiknya. Namun, anak terpaksa mencari guru lain ke luar
rumah. Dan itulah yang terjadi, anak menjadi tersesat karena salah
memilih guru pergaulan.
Pengaruh Media Sosial
Internet
teramat besar jasanya bagi manusia. Jasa itu dapat dikategorikan dua
hal: jasa baik dan jasa buruk. Jika manusia ingin mendapatkan informasi
untuk mendukung pekerjaannya, google siap melayani 24 jam. Dan itu pun berlaku sebaliknya. Google pun siap memberikan informasi tidak baik jika manusia mencari informasi yang tidak baik pula.
Saat
ini, begitu banyak media social tersedia dan siap 24 jam digunakan
manusia. Media social ini tentu memiliki dua pengaruh pula, yakni
pengaruh positif dan negative. Jika media social itu berpengaruh
positif, tentu itu tak menjadi masalah. Namun, dampak buruk media social
harus dicermati oleh pengguna alias user. kontrol harus dilakukan agar pengguna tidak terjebak kepada penyalahgunaan media social.
http://edukasi.kompasiana.com/2012/02/13/45-siswa-smp-anut-seks-bebas-434969.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar